MUSTOFA FAQIH

23 April, 2011

Gus Solah: 80 % Masyarakat Tolak Gedung Baru DPR

Sumber berita diambil dari: http://www.detiknews.com
Suci Dian Firani - detikNews

Jakarta - Pembangunan gedung baru DPR sebaiknya ditunda. Tokoh agama Solahudin Wahid melihat sebagian masyarakat menolak pembangunan gedung baru DPR tersebut.

"Sebaiknya ditunda saja karena berdasarkan survei, lebih dari 80 persen masyarakat

menolak," kata pria yang akrab disapa Gus Solah ini.

Gus Solah menyampaikan hal itu saat diskusi publik bertema 'Menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu menjadikan Indonesia lebih bermartabat' di Gedung Perpustakaan Nasional, Jl Salemba Raya, Jakarta, Selasa (12/4/2011).

Gus Solah mempertanyakan jaminan apa yang akan diberikan anggota Dewan jika gedung baru DPR dibangun. Apakah dengan dibangunnya gedung baru, kinerja DPR bisa lebih baik atau tidak?

"Tunjukkan dulu kinerja yang lebih baik baru boleh membangun gedung DPR," pintanya.

Sebelumnya, rapat pimpinan DPR memutuskan untuk melanjutkan pembangunan gedung baru DPR. Karena kengototan DPR untuk membangun gedung baru, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) cs mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Gugatan perdata diajukan karena dana pembangunan gedung baru DPR menggunakan dana APBN. Seharusnya APBN digunakan untuk kesejahteraan rakyat bukan untuk pembangunan gedung.

Menurut Fitra, Ketua DPR serta Badan Urusan Rumah Tangga DPR Marzuki Alie, bersama Presiden SBY dan Menteri Keuangan, Agus Martowardoyo telah melanggar UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, Pasal 28 h ayat 1 dan 3, Pasal 34 ayat 2 dan 3. (gus/nvt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

MUSTOFA FAQIH, yg lebih populer dipanggil KANGMUS, lahir di PATI, Jawa Tengah. Terlahir sebagai anak ke-7 dari 8 saudara. Mulai tahun 2003, saat masih kuliah semester 2 bekerja di PT Karisma Indonesia. Lalu pindah pd tahun 2004, tepatnya saat kuliah memasuki semester 6, untuk melakukan penelitian tentang Jilbab Gaul Mahasiswi IAIN, 6 Bulan. Sebuah penelitian yg dibiayai Pusat Penelitian IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Alih-alih mencari pengalaman baru, tahun 2005, meloncat-loncat bekerja di mana-mana (sekaligus mencari ketenangan hati), dari 1 PT ke PT lainnya, dari 1 kantor ke kantor lainnya yg sangat beragram. Sebuah pekerjaan yg jauh dari objek materi kuliahnya, bahkan tdk nyambung dengan gagasan jurusan kuliahnya, mungkin saja atau barangkali itu yg disebut-sebut sebagai makna interkoneksi-integritas yg saat itu didengung dengungkan (hahahaha, ya mungkin saja). Lalu tahun 2006 balik kerja mirip yg dulu (penelitian), sebagai PENELITI (lagi) dalam RISET KOLEKTIF di Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang Wawasan Keislaman Para Khatib Jum'at di Kec. Prambanan, 6 Bulan.

GUNA menguatkan teori penelitiannya, maka pd tahun 2007 bekerja kembali sebegai PENELITI dalam riset KOLEKTIF di Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga tentang Sikap Kritik Hadis Para Imam di Masjid UIN Sunan Kalijaga, 6 Bulan. Masih pada tahun yang sama, 2007, belajar kembali sebagai STAFF PENELITI LAPANGAN dalam riset KOLEKTIF yang diadakan oleh DIRJEND DIKTI DIKNAS Program Penelitian DOSEN MUDA periode 2007 terkait riset Gender Mainstreaming di PTN & PTS di Yogyakarta, 6 Bulan.

Tetap pd tahun yg sama, 2007, juga belajar kembali sebagai STAFF PENELITI LAPANGAN dalam RISET kolektif yang diselenggarakan oleh Program PSW (Pusat Studi Wanita) UIN Sunan Kalijaga terkait riset Kedudukan Perempuan dalam Majalah UMMI Periode Tahun 1998 – 2005 (Farming Analysis), 6 Bulan. Kemudian pada TAHUN 2008, berpartisipasi sebagai Surveyor riset RPJM dan MS BKKBN Propinsi Yogyakarta di 3 Kecamatan DIY, 3 Bulan. Setelah itu, pada TAHUN 2008 mengibarkan diri sebagai PENELITI LEPAS & PENGAMAT problem Sosial-Agama dan Budaya, sometime sebagai EDITOR buku, makalah jurnal & hasil-hasil riset yang bersifat FREELANCE.

Selain itu, pada thn 2008 pernah melakukan pendamping [Advokasi] pembelajaran ISLAMIC STUDIES bagi para MUALLAF asal Papua Nugini yg stay di JOGJA. Pada tahun 2009, selain aktif sebagai Konsultan dan Peneliti problem Sosial-Agama & Budaya di Lembaga KANGMUS CENTER, juga pernah aktif 7 bulan di LJ HOOKER Yogyakarta. Sekarang ini, KANGMUS mendapat amanah untuk menjaga aktifitas pekerjaannya sebagai Konsultan di Kangmus Center, Agen Kangmus Properti, dan Kangmus Research (Entah nama Kangmus apa lagi yg mau dibikin ke depan, sukanya anak ini bikin branding saja tapi males gak mau merawat hahahaha, barangkali butuh partner hehehe utk merawat nama-nama aktifitas Kangmus itu hahahaha).

Selain terus berproses kreatif menerima ide Tuhan, Kangmus juga berupaya mengaplikasikannya demi kejayaan Alam Nusa & Bangsa Indonesia.

Apa Sih KESUKSESAN Itu?

Oleh. Mustofa Faqih.*

Pada SUATU hari, penulis atau yang sering dipanggil dengan sebutan KANGMUS, diajak ngobrol [banyak orang menyebutnya sebagai aktifitas diskusi] oleh beberapa temennya, di sebuah warung kopi Blandongan di salah satu daerah Yogyakarta, terkait mengenai APA ITU SUKSES. Si A, salah satu teman penulis memberikan statemen, bahkan disetujui oleh si B dan si C, bahwa sukses adalah satu; ketika Anda menjabat sebuah jabatan, dua; ketika Anda memiliki harta banyak, tiga; ketika Anda memiliki atau mencapai title S2 dan S3 bahkan Profesor, dan empat; ketika Anda dihormati bahkan terasa dipuja oleh seseorang karena ada sesuatu yang tidak dimiliki oleh yang memuja misalkan pemujanya tidak punya jabatan sedangkan yang dipuja mempumyai jabatan atau bertitel S2. [hahahahahaha, terdengar sangat lucu hihihi].

LUAR BIASA, masih banyak beberapa teman kita –yang ternyata- memiliki pemahaman yang saya kira sedikit tidak tepat. Tentu saja boleh bahkan silahkan berpendapat apapun sebanyak apapun yang diasumsikan memiliki kebenaran. Tetapi, sebuah statemen yang diajukan bahkan sampai ada yang memberikan stempel benar atau benar sekali dan sangat benar menurutnya, adalah sangat penting sekali untuk diuji kebenarannya. Pertanyaannya adalah, atas landasan apa sesuatu mampu dibilang atau dikatakan sebagai [sesuatu] yang benar?. Mengapa sebuah kebenaran sangat menjadi [sesuatu yang] prinsipil?. Kebenaran itu abstrak, ataukah fakta, atau mungkinkah kebenaran adalah sesuatu yang tidak ada disebabkan karena tidak adanya kebenaran itu adalah kebenaran itu sendiri?.

Kembali pada persoalan utama, persoalan di mana penulis diajak ngobrol tentang apa itu sukses. Paling utama yang penting diuraikan di sini adalah bahwa kesuksesan, menurut hemat penulis, adalah bukan berukuran pada sebuah kepemilikan jabatan, harta banyak, pencapaian gelar S2 dan S3, bukan pula pada sebuah ukuran dihormati atau tidak dihormati.

Jika memang sebuah ukuran sukses adalah memiliki jabatan, tentu definisi ini belumlah tepat. Banyak sekali yang memiliki jabatan tinggi, tapi ternyata mereka pada korupsi bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak bahagia karena istrinya selingkuh, anaknya pemakai narkoba, dll. Tentu saja definisi bahwa sukses adalah memiliki jabatan tinggi, menjadi tergugurkan. Sama halnya definisi sukses yang diartikan dengan kepemilikan harta banyak, juga sedikit kurang tepat. Sudah banyak orang yang memiliki harta banyak, tidak tahu bagaimana menyalurkan hartanya bahkan banyak yang bunuh diri dan melakukan tindakan di luar dugaan orang waras, seperti melakukan tindakan pemerkosaan terhadap pembantu, menyuruh orang untuk melakukan pembunuhan, "ngesek" [mohon maaf] dengan kambing [hahaha] anjing, babi dll, tentu saja definisi sukses yang disandarkan pada kepemilikan harta banyak tersebut, menjadi tergugurkan pula.

Tetapi kalaulah memang betul bahwa definisi sukses adalah berhasilnya seseorang mendapatkan gelar S1, S2 dan S3, saya kira juga perlu untuk dikaji kembali. Apa betul sukses adalah didapatkannya gelar S1, S2 dan S3?. Fakta mengatakan, banyak di antara mereka yang nganggur [tidak bekerja] adalah meraka yang alumni S1 dan S2. Beberapa data mengatakan, bahwa disebabkan rasa gengsi untuk bekerja rendahan, maka banyak mereka yang alumni S1 dan S2 wegah mengerjakan aktifitas di luar subjek keahliannya. Mereka lebih senang nganggur [tidak ngapa-ngapain] dari pada kerja kecil-kecilan dg sedikit uang yang didapat.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang bergelar S2 tetapi hanya berdiam diri tidak punya skill dan menanti adanya lowongan CPNS untuk menjadi pengajar atau dosen di perguruan tinggi [PT] swasta. Banyak pula mereka S2 yang telah mendapatkan kerja sebagai dosen di PT swasta tetapi masih saja mengeluh karena gajinya tidak sesuai dengan kebutuhan yang dikeluarkan tiap harinya. Bahkan yang tragis lagi adalah mereka yang sudah S2, di antaranya ada yang menceraikan istrinya dan pergi jauh meninggalkan keluarga entah kemana karena merasa beban moral baik kepada mertua maupun istri dan masyarakat di sekelilingnya.

Banyak di antara mereka yang bergelar S2 merasa beban untuk bergerak karena takut salah dan minder karena kebutuhan ekonominya masih dirasa kurang bila dibandingkan dengan mereka yg hanya alumni SD tetapi telah menjadi BOS dengan uang berlimpah. Banyak mereka yang sudah S2 bingung bahkan merasa kalah tersaingi [hahahaha] dengan mereka yang tidak sekolah tetapi uang berlimpah. Problem yang demikian telah menjadi gejala umum di masyarakat. Banyak pula fenomena di masyarakat pedesaan dan perkotaan, bahwa ketika seseorang meskipun telah menyandang S2 bahkan S3 sekalipun, masih dipandang remeh bahkan dipandang rendah karena selain mereka yang S2 dan S3 ini tidak bisa berbaur dengan masyarakat [karena gengsi dan merasa "sibuk"], di sisi lain karena yang S2 dan S3 belum mempunyai uang banyak sebagaimana yang dimiliki anak alumni SD yang telah menjadi BOS dan banyak karyawan. Sungguh, mereka yang sudah alumni S2 dan S3 ini jika dihadapkan dengan masyarakat model MATERIALISTIK seperti itu, terasa SAKIT sekali seperti layaknya sudah masuk NERAKA yang paling dalam [hahahaha]. Panas deh rasanya [hahahahaha]

Selain itu pula, bahkan sangat aneh, ada juga di antara mereka yang sudah S3 tetapi masih saja merebutkan jabatan sepele untuk menampakkan bahwa ia paling super paling hebat di antara temennya bahkan sering sodok sana sodok sini, lempar bola panas ke teman satu dan ke yang lainnya demi gaji dan proyek kecil-kecilan yang pada dasarnya tidak pas lagi bagi dia. Ada juga sarjana S3 yang merasa diuntungkan, lalu membikin proposal guna membuat program acara pemerintahan lalu melambungkan dana sekaligus memanipulasi program agenda acara dengan tujuan mendapatkan percikkan dana-dana segar [hahahahaha], dengan tanpa disadari bahwa di sekelilingnya banyak yang membicarakannya atas tindakan yang tidak bermoral itu. Lalu pertanyaanya adalah, apakah orang yang telah mendapatkan gelar S3 ini telah menjadi orang yang sukses dengan tindakan yang seperti itu?. Jawabannya tergantung Anda, tetapi menurut KANGMUS, orang tersebut bukanlah orang sukses, justru dia adalah penjahat yang harus DITANGKAP hidup-hidup karena telah merugikan NEGARA secara pelan-pelan.

Jika demikian, tentunya kriteria orang sukses TIDAK MASUK kepada orang yang telah menyandang gelar S1, S2 dan S3. Tentunya kriteria kesuksesan yang diuraikan temen penulis bahwa sukses adalah mereka yang telah menyandang gelar S1, S2 dan S3, menjadi tergugurkan kembali bahkan tertolak oleh fakta empirik yang telah penulis uraikan tadi.

Lalu APA ITU SUKSES?. Oke, sebelum menjawab pertanyaan tersebut, masih ada pertanyaan ke empat yang belum penulis kaji ulang. Teman saya tadi menguraikan bahwa sukses adalah jika Anda dihormati oleh seseorang. Apakah benar uraian tersebut?

Jika sukses adalah didefinisikan dengan jika ada orang menghormati Anda, tentu ini menjadi jawaban yang sangat lucu. Persoalannya adalah, banyak anak SMA yang dihormati oleh anak SMP karena anak SMP takut dengan anak SMA disebabkan anak SMA lebih tua. Banyak pula dosen yang dihormati mahasiswanya karena jika tidak dihormati, dosennya menjadi marah lalu memberikan nilai jelek kepada mahasiswa yang tidak menghormati. Banyak pula atasan dihormati bawahan atau seorang Manager dihormati seorang Staff karyawan karena staff tersebut merasa takut jika Managernya memecatnya karena hanya gara-gara tidak menghormati manager. Lalu banyak pula, orang yang dihormati karena memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh yang menghormati meskipun yang dihormati "mohon maaf" selalu berbuat tidak adil kepada yang menghormati.

Melihat yang demikian, tentu definisi sukses belumlah tepat jika disandarkan kepada mereka yang dihormati. Alasannya adalah, karena yang dihormati masih berpeluang melakukan tindakan tidak baik kepada yang menghormati, bisa juga yang dihormati tersebut melakukan tindakan tidak adil yang pada dasarnya sudah merugikan secara manusiawi, bisa juga orang yang dihormati -tanpa sepengetahuan orang yang menghormati- dibelakang layar melakukan tindakan amoral yang negatif seperti; korupsi, memfitnah, menjebak, melakukan manipulasi data dan melakukan tindakan penggelembungan dana, dll [hahaha]. Artinya, definisi kesuksesan tidak bisa disandarkan kepada mereka yang tiap harinya dihormati banyak orang. Belum tentu orang yang dihormati itu adalah orang yang sukses. Belum tentu orang yang berharta banyak adalah sukses, belum tentu pula orang sukses adalah yang bergelar S1, S2 dan S3.

Lalu APA ITU SUKSES?. Menjawab pertanyaan ini, menurut penulis memang sangat sulit tetapi setelah penulis renungkan berkali-kali, maka bisa penulis definisikan bahwa orang sukses tiada lain adalah orang yang setiap harinya bertindak jujur, disiplin, tegas, baik hati, sopan, tidak sombong, bertanggung jawab atas semua kerjaannya, kerja keras dalam berupaya, berperilaku positif dalam bertindak baik dalam waktu sendiri maupun kolektif, berbuat baik dan suka menolong, serta berkata dan bertindak jujur. Analisa KANGMUS, jika sifat-sifat baik yang positif tersebut dimiliki oleh siapapun, maka orang tersebut adalah orang yang sukses. Definisi sukses, menurut KANGMUS, adalah bukan memiliki pangkat dan jabatan tinggi serta bergelar S1 S2 dan S3, bukan pula mereka yang memiliki harta banyak dan berlimpah uang. Akan tetapi, KESUKSESAN adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter baik dan positif sebagaimana sifat-sifat Tuhan. Jika seseorang mempunyai sifat-sifat Tuhan, seperti; bertindak jujur, disiplin, tegas, baik hati, sopan, tidak sombong, bertanggung jawab atas semua kerjaannya, kerja keras dalam berupaya, berperilaku positif dalam bertindak baik dalam waktu sendiri maupun kolektif, berbuat baik dan suka menolong, serta berkata dan bertindak jujur, maka dengan sendirinya harta, jabatan dan uang banyak, akan mengalir kepada Anda.

Intinya menurut KANGMUS adalah, SUKSES bukanlah HOW WE HAVE TO BECOME, bagaimana kita harus menjadi pejabat, orang kaya, berlimpah harta yang bergelar tinggi, dll. Tetapi SUKSES adalah HOW WE HAVE TO HAVE, bagaimana kita harus memiliki sifat-sifat Tuhan seperti; bertindak jujur, disiplin, tegas, baik hati, sopan, tidak sombong, bertanggung jawab atas semua kerjaannya, kerja keras dalam berupaya, berperilaku positif dalam bertindak baik dalam waktu sendiri maupun kolektif, berbuat baik dan suka menolong, serta berkata dan bertindak jujur, maka dengan sendirinya LIHATLAH, harta, jabatan dan uang banyak, akan segera mengalir kepada Anda karena sifat ANDA yang BAIK itu. SELAMAT….!!

[KANGMUS/ Mustofa Faqih]