17 April, 2012

Kontribusi PT Angkasa Pura Airport dalam
Pengembangan Ekonomi Sosial & Lingkungan di Indonesia

Oleh. Mustofa Faqih

Peringatan ulang tahun PT. Angkasa Pura Airport, sudah hampir selesai. Puncak acaranya, khususnya di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, adalah besok tanggal 22 April 2012 berupa acara Funbike dan Senam Kebugaran dengan 15 ribu peserta tumplek blek di Stadiun Maguwoharjo Yogyakarta. Setelah menanam pohon pisang di lereng gunung merapi, Fun Bike dan Senam Kebugaran adalah acara puncak HUT PT Angkasa Pura Airport Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Itulah kenapa beberapa kantor cabang bahkan hampir seluruh kantor cabang sudah melakukan berbagai acara untuk merayakannya.

Banyak agenda yang d
ilaksanakan untuk memeriahkan acara ulang tahun ini. Tak hanya di Yogyakarta yang begitu cukup ramai, Surabaya, Jakarta, Semarang dan Solo, tapi juga di Bali, Makassar, Ambon dan kota-kota besar lainnya, semua menyambut hari ulang tahun PT. Angkasa Pura Airport. Dari mulai Jum’at bersih, lomba antar divisi bidang olah raga dan seperangkat lomba serta acara meriah lainnya yang tak kalah penting, semua disajikan.

Akan tetapi, dari sekian acara yang ada, jarang sekali muncul acara yang mencoba merefleksikan kembali apa makna dibalik peringatan ulang tahun ini, apa nilai-nilai yang terkandung di dalam peringatan ulang tahun ini. Menurut catatan Kangmus, memperingati ulang tahun yang ke 48 ini, bukanlah sekedar memperingati semata tapi kosong akan nilai dan makna, bukan pula mengingat tanggal ulang tahun semata setelah itu selesai. Juga tidak sekedar meramaikannya dengan meriahnya lomba dan hadiah puluhan juta rupiah. Bukan itu. Sama sekali bukan itu.

Namun bagaimana dengan memperingati umur kehidupan PT. Angkasa Pura Airport yang sudah masuk ke-48 ini, bisa dipahami tentang makna apa atau sejauh mana peran serta kontribusi PT Angkasa Pura Airport untuk negara Republik Indonesia bisa terus terlaksana atau minimal bisa memahami apa yang masih kurang dan perlu segera diperbaiki oleh PT Angkasa Pura Airport agar bisa memberikan kontribusi positif baik di bidang sosial, ekonomi, lingkungan dan lain-lain.

Kita sadar, bahwa di kawasan regional Asia Tenggara, Indonesia telah menjadi negara terbesar bila dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai lebih dari US$ 700 miliar atau sekitar 40% dari total PDB ASEAN dan merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tercatat sebagai anggota G-20, yaitu forum utama kerjasama ekonomi 20 Negara terbesar di dunia. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, baik dari sisi PDB maupun jumlah penduduk, sudah selayaknya diperhitungkan oleh bangsa atau negara lain sebagai mitra yang menentukan perkembangan tatanan perekonomian dunia. Itulah kenapa negara Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menyejahterakan rakyatnya.

PT Angkasa Pura Airport yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, dituntut untuk mampu memberikan kontribusi positif khususnya dalam pengembangan ekonomi sosial bahkan pelestarian alam lingkungan di Indonesia. Karena itu PT Angkasa Pura Airport pada hakikatnya tidaklah usaha hanya bergerak di bidang Jasa Navigasi dan Jasa Kebandar-udaraan semata, namun diharapkan juga mempunya nilai dalam berperan untuk mengembangkan ekonomi sosial kemasyarakatan serta pelestarian alam lingkungan di Indonesia. Sungguh tugas PT Angkasa Pura Airport sangat mulia.

Bagaimana PT. AP. Airport terlibat aktif dalam pengembangan ekonomi sosial, adalah bisa dilihat misalkan dalam program-program pemberdayaan ekonomi usaha kecil menengah dan pelestarian alam lingkungan serta lainnya. Dalam pelaksanaan, pembinaan & pemberdayaan kepada usaha kecil menengah, terlihat berjalan dengan baik bahkan telah mampu menghasilkan mitra binaan yang cukup sukses. Peran yang demikian itu seringkali ditangani oleh unit kerja seperti (unit) komersial dan pengembangan usaha serta unit PKBL di seluruh cabang PT. Angkasa Pura Airport di Indonesia.

Dengan demikian, melalui pemberdayaan manajemen aset PT. Angkasa Pura Airpot yang lebih terstruktur di seluruh cabang, diharapkan bisa dijadikan langkal awal dalam berpartisipasi menyejahterakan masyarakat Indonesia.

Indonesia, Penerbangan & PT. Angkasa Pura Airport
Berbicara mengenai PT. Angkasa Pura Airport, secara tidak langsung juga berbicara tentang Indonesia. PT. Angkasa Pura Airport, sebagai bagian dari BUMN, adalah perusahaan yang menangani tentang jasa penerbangan baik penerbangan manusia maupun barang. Dalam melaksanakan jasa ini, PT Angkasa Pura Airport diharapkan bisa menampilkan budaya lokal setempat. Seandainya di Bali, misalkan, maka budaya lokal Bali diharapkan muncul tampak di depan konsumen pemakai jasa pesawat.

Begitu juga seandainya tiba di Yogyakarta, maka budaya lokal Yogyakarta diharapkan bisa tampak di depan konsumen pemakai jasa penerbangan. Perwujudan budaya lokal setempat itulah, yang secara tidak langsung harus disajikan oleh manajemen PT Angkasa Pura Airport di seluruh Indonesia karena keberadaannya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang menggunakan jasa penerbangan di setiap pelosok perkotaan di Indonesia.

PT Angkasa Pura Airport yang menangani jasa perhubungan udara, bisa berkembang dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir ini dikarenakan jasa bisnis yang ditanganinya merupakan bagian industri dari penerbangan Asia Pasifik. Menurut data dari IATA, kawasan Asia Pasifik telah menjadi pasar industri penerbangan terbesar di sekitar tahun 2009 dengan sekitar 647 juta penumpang, atau sebesar 27% dari wisatawan dunia, berkunjung ke dari atau di dalam kawasan Asia Pasifik dengan menggunakan penerbangan komersial pada tahun tersebut. Sementara itu, di tahun 2009 di Amerika Utara tercatat sekitar 638 juta orang terbang dengan menggunakan pesawat komersial.

Tingkat pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan terus meningkat dalam 20 tahun mendatang kira-kira sampai 2040-an. Sebagai contoh, jika penumpang di kawasan Asia Pasifik terbang pada tingkat yang sama per-tahunnya sebesar penumpang di Amerika Serikat, maka perkembangan industri penerbangan global akan naik tiga kali lipat. Kenaikan pertumbuhan populasi dan urbanisasi di Asia Pasifik, persentase total populasi yang tinggal di wilayah metropolitan dan perkotaan (urban), diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan layanan penerbangan di wilayah Asia Pasifik.

Populasi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, umumnya memiliki tingkat pendapatan rumah tangga rata-rata lebih tinggi dan populasi tersebut bermukim di lokasi yang lebih dekat dengan bandara dibandingkan dengan populasi yang tinggal di wilayah terpencil. Indonesia diharapkan bisa menjadi bukti salah satu negara yang memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi di regional. Menilik data dari IMF, urbanisasi di Cina pernah diperkirakan akan naik dari 46,1% pada tahun 2009 menjadi 72,3% pada tahun 2050, di India diperkirakan naik dari 29,7% pada tahun 2009 menjadi 56,4% pada tahun 2050 dan di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 44,0% pada tahun 2009 menjadi 65,95% di tahun 2050.

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini, memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain. Selain itu juga, bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara. Keberadaan sebuah Bandara di sebuah negara, misalkan di Indonesia, sangatlah berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi berbagai pesawat, penumpang, barang angkutan berupa cargo, pos, bagasi dan penumpang yang tentunya menimbulkan aktivitas ekonomi.

Itulah mengapa, pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara oleh PT. Angkasa Pura Airport tentunya merupakan hal mutlak dan wajib yang dilakukan oleh operator Bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung di Bandara. Hal-hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan, yaitu efektifitas, efisien, dan handal. Di mana dengan menerapkan hal tersebut, diharapkan sebuah bandara bisa sesuai kualitasnya dengan Bandara di luar negeri.

Dengan demikian, sebuah Bandara harus mampu memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara yang di dalamnya dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu, aplikasi dari kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling efisien, efektif dan handal dalam pengelolaannya adalah penting untuk segera diperbaiki.

Jika kita melihat, bandara-bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura Airport tidak saja sebagai tempat berangkat dan mendaratnya pesawat, naik turunnya penumpang, barang (kargo), namun menjadi suatu kawasan yang begitu penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah sekitar. Mengapa penataan ruang dan kawasan menjadi sangat penting bagi daerah-daerah di sekitar bandara. Pengelolaan atau penataan ruang Bandara pada dasarnya merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan. Bandara sebagai penghubung antara Negara Indonesia dengan Negara lain merupakan hal yang wajib dikelola secara professional.

Untuk itu, PT. Angkasa Pura Airport sampai saat ini setidaknya sudah harus memiliki master plan baik dalam upaya mengatur bagaimana pengelolaan kebandar-udaraan agar bisa berjalan dengan baik dan professional dan bagaimana omzet pendapatan ekonomi meningkat sehingga bisa memberikan dampak positif yang lebih hebat dari pada sebelumnya. Dalam langkah kedepan, semua Bandara yang dikelola PT Angkasa Pura Airport memiliki banyak kegiatan dengan berbagai kebutuhan yang berbeda. Selain sebagai terminal lalu lintas penumpang, juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional, ditempatkan petugas bea dan cukai dan beberapa petugas lainnya yang saling terkait dengan masing-masing bidang.

Di Indonesia, bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain Soekarno-Hatta (Cengk
areng), Adisutjipto (Yogyakarta), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi. Bandara kebanyakan digunakan untuk tujuan komersial namun ada beberapa bandara yang berfungsi sebagai landasan pesawat militer. Untuk itulah, jika di Indonesia yang bertekad untuk kembali menjadi anggota dewan ICAO, sangat perlu untuk diapresiasi. Karena dengan menjadi anggota Dewan ICAO, Indonesia bisa berperan aktif dalam menyuarakan kepentingan-kepentingan industri penerbangan nasional. Lagi-lagi PT Angkasa Pura Airport diminta untuk turut memberikan apresiasi hal itu karena jelas akan memberikan dampak positif bagi perkembangan PT. Angkasa Pura Airport sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia.

Hal itu bisa di atas dengan mencipta seluruh SDM PT Angkasa Pura Airport agar bisa meningkatkan kualitas SDM nya melalui pelatihan-pelatihan yang telah disediakan. Namun, permasalahan yang saat ini masih terjadi adalah, tingkat delay yang cukup signifikan di beberapa penerbangan. Sehingga tentunya bisa dampak tersendiri khususnya dalam bidang psikologi penumpang. Memang, masalah keterlambatan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, namun setidaknya masalah ini tetap harus dicarikan solusi dengan meningkatkan manajemen operasional maskapai karena sangat jelas bisa mempengaruhi peningkatan ekonomi Bandara. Negara Singapura, Malaysia, Cina, Jepang, Korea Selatan dan Australia merupakan negara-negara di wilayah Asia Pasifik yang sudah duduk sebagai anggota Dewan ICAO.

Untuk itulah, ketika Indonesia bisa menjadi bagian dari anggota Dewan ICAO, tentu kabarnya akan berbeda, Indonesia akan menjadi lebih mampu memberikan kontribusi lebih lagi bagi dunia International. Kabar baiknya, PT Angkasa Pura Airport juga harus bersiap-siap untuk lebih mampu memberikan capaian-capaian strategis dalam peningkatan pendapatan ekonomi. Disamping itu, tak bisa disangkal bahwa posisi dari Visi Misi dan tanggung jawab PT Angkasa Pura Airport, ternyata memiliki korelasi positif dengan cita-cita bangsa Indonesia. Di antara korelasi positif yang bisa disumbangkan PT Angkasa Pura Airport untuk Indonesia adalah visi perusahaan PT Angkasa Pura Airport yang berupaya menjadi perusahaan pengelola bandar udara kelas dunia sehingga bisa memberikan manfaat lebih besar dan memberikan nilai tambah kepada stakeholder dan masyarakat sekitar.

Misi dari PT. Angkasa Pura Airport seperti menyediakan pengusahaan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan yang memenuhi keamanan, keselamatan dan kenyamanan, memberikan pengalaman suasana kebandarudaraan yang berkesan bagi pengguna jasa, lalu meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pegawai dan mendukung peningkatan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat, merupakan misi yang sangat luhur. Karena misi yang sangat luhur itulah, PT Angkasa Pura Airport terus berupaya mengembangkan sistem manajemen perusahaan yang baik dengan cara menerapkan sebagai bagian dari kebutuhan.

Perusahaan PT Angkasa Pura Airport meyakini bahwa penerapan Good Corporate Governance secara konsisten dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemakmuran Perusahaan. Sejalan dengan dikeluarkannya UU Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance di BUMN, serta Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, PT Angkasa Pura Airport merasa perlu melaksanakan pengelolaan Perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Itulah kenapa, untuk menunjang itu semua, PT Angkasa Pura Airport diharapkan bisa melakukan perbaikan-perbaikan dalam bidang manajemen sumber daya manusia sehingga pada akhirnya bisa mewujudkan perusahaan yang berprinsip Good Corporate Governance agar misi dan visi PT Angkasa Pura Airport bisa (terus) berkorelasi positif dengan cita-cata leluhur bangsa Republik Indonesia.

PT. Angkasa Pura Airport & Kontribusi Ekonomi Sosial
Menurut data analisa Chief Executive Officer Pacific Asia Travel Association, Martin J Craigs, tahun 2014 ke depan pengunjung ke kawasan Asia Pasifik ditargetkan mencapai 500 juta orang. Tahun lalu jumlahnya sudah mencapai 430 juta orang. Kawasan Asia Tenggara memberikan kontribusi besar. Dari total kunjungan tahun lalu, sekitar 25 persennya masuk ke Asia Tenggara. Pada saat itulah, tentunya PDB Indonesia sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat di mana telah memberikan kontribusi terhadap pengembangan negara berkembang kelas menengah dan meningkatkan permintaan untuk pelayanan lalu lintas udara.

Kegiatan bisnis tentang jasa penerbangan, sangat bisa dipengaruhi oleh jumlah berbagai hal salah satunya adalah penumpang dan tarif yang dikenakan pada rute domestik dan internasional yang dioperasikan. Tentunya, PT Angkasa Pura Airport juga perlu menata manajemen pendapatan yang merupakan salah satu serangkaian proses bisnis pentingnya yang digunakan untuk menghitung penetapan harga yang optimal dan kebijakan ketersediaan fasilitas untuk memaksimalkan pendapatan yang dapat dihasilkan dari penjualan tiket berdasarkan estimasi permintaan untuk setiap pasar.

PT Angkasa Pura Airport, dalam sistem pendapatan, minimal bisa mencetak menggunakan proses dan sistem manajemen pendapatan untuk memaksimalkan tingkat pendapatan guna mencapai target dan kemampuannya dalam melakukan usaha jasa penerbangan. Hal itu bisa dilkukan karena selain peranan dalam sistem angkutan udara, Bandar udara juga sebagai suatu industri yang berperan langsung dalam pertumbuhan ekonomi.

Terkait pertumbuhan ekonomi di lingkungan Bandara yang dikelola PT Angkasa Pura Airport, pada dasarnya telah memiliki aturan yang sudah diatur oleh Pemerintah Republik Indonesia, yaitu UU Penerbangan No.1 Tahun 2009 BAB XI Pasal 232 tentang Kegiatan Pengusahaan di Bandar udara. Bandara-bandara besar di Indonesia, umumnya pengelolaannya, lalu di serahkan kepada dua BUMN, yang dalam hal ini dipegang oleh PT. Angkasa Pura I untuk kawasan timur Indonesia yang dimulai dari Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Kupang, Banjarmasin, Balik Papan, Makasar, Manado, Ambon, Biak. Sedangkan untuk kawasan barat Indonesia yaitu dimulai dari Bandara kota Bandung, Halim Perdana Kusuma, Soekarno-Hatta, Palembang, Padang, Medan, Banda Aceh, Pontianak dikelola oleh PT. Angkasa Pura II.

Penyerahan pengelolaan kepada kedua BUMN tersebut, diatur denga
n Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1992. Yaitu bahwa PT. Angkasa Pura sebagai pemegang otoritas Bandara punya kewenangan untuk mengusahakan, menguasai dan mengatur kawasan bandara agar bisa memberikan pelayanan terhadap semua pengguna jasa di bandara tersebut. Bebarapa usaha jasa pelayanan dan penyewaan yang menghasilkan pendapatan ekonomi untuk PT. Angkasa Pura, antara lain adalah jasa pelayanan aeronautika dan nonaeronautika. Jasa pelayanan aeronautika antara lain jasa pelayanan penerbangan yang diberikan khusus bagi penerbangan lintas, jasa pelayanan penerbangan, pendaratan dan penempatan pesawat udara.

Sedangkan jasa pelayanan non-aeronautika terdiri dari, menyewakan lahan, tanah di areal bandara, menyewakan ruangan untuk perkantoran, menyewakan garbarata, menyewakan counter dan timbangan, memungut parkir kendaraan. Jenis pendapatan Aeronautika bersumber langsung dari pengoperasian dan pendaratan pesawat udara, penumpang, atau kargo yang mencakup aircraft landing fees, passanger service charges, airtraffic control carges (bila layanan ATC tidak terpisah), aircraft parking and hangarage fees, serta pendapatan yang berkaitan langsung dengan penanganan atau pembersihan pesawat udara.

Jumlah pendapatan Aeronautika dan Non-Aeronautika khususnya di Bandara Adisutipto Yogyakarta selama satu bulan saja, misalkan di bulan Desember tahun 2011 sebagaimana tercatat mencapai Rp. 9.717.550.769, adalah sebuah angka pendapatan yang lumayan besar di banding dengan tahun-tahun sebelumnya (Baca; Laporan Produksi dan Pendapatan pada Bulan Desember 2011 Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta, Unit Komersial; Pengembangan Usaha). Kenapa disebut cukup lumayan besar karena memang keberadaan Bandara Adisutjipto dilihat dari perluasan area sangat kurang maksimal untuk menampung jumlah penumpang yang pada tiap bulannya semakin meningkat cepat. Tentunya untuk menambah pendapatan, perlu ditambahkan perluasan wilayah bidang Aeronautika dan Non-aeronautika.

Berbeda dengan pendapatan Aeronautika, pendapatan ekonomi yang bersumber dari non-Aeronautika, bisa digali dari kegiatan komersial yang tidak berkaitan dengan pesawat udara di terminal dan lahan bandar udara, yang mencakup; sewa ruang kantor dan meja pendaftaran , pembayaran konsensi perbelanjaan untuk bermacam hal, pendapatan parkir kendaraan, tagihan kepada pelanggan, untuk pelayanan listrik, air bersih, dan lain-lain serta pendapatan dari jasa boga. Dengan hadirnya PT Angkasa Pura Airport, telah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ekonomi sosial masyarakat.

Beragam jenis dan aktifitas usaha dan jasa yang dapat dilakukan masyarakat dan stakeholder di sekitar Bandar udara adalah seperti; penyediaan fasilitas kebandarudaraan, penerbangan sampai dengan jasa penunjang penerbangan dan kebandarudaraan lainnya. Untuk semua ini tentunya PT. Angkasa Pura Airport sebagai pemegang otoritas tidak akan bisa melaksanakan seluruh kegiatan dengan sendiri karena keterbatasan SDM dan dana, maka dijalinlah kerjasama dengan beberapa mitra kerja dengan cara KSO (kerjasama operasi) atau sistem konsesi. Kalau di Indonesia, pola konsesi berupa bagi hasil di area komersial mungkin adalah pola yang baru. Tetapi di luar negeri, sistem tersebut sudah lama diadopsi oleh bandara terkemuka di dunia. Tentu nilainya dari sistem ini sangat luar biasa.

Hal itulah yang selama ini sudah dilakukan dan dii
kuti PT Angkasa Pura Airport. Selain pendapatan dari yang telah disebutkan di atas, ada juga yang namanya pendapatan sewa. Pendapatn ini timbul dari penyewaan tempat ruang, atau fasilitas pada pengguna bandar udara yang didasarkan pada volume atau luas ruang yang ditempati penyewa atau jumlah fasilitas tertentu yang digunakannya. Tempat atau ruang yang dimaksud dapat berupa kantor dan hanggar, tempat parkir kendaraan, ruang tunggu ekslusif, dan tempat lahan lainnya untuk membangun fasilitas pemeliharaan, fasilitas pendaftaran penumpang, dan lain-lain.Bandara yang merupakan perusahaan yang harus di bandar udarakan mencakup para agen penanganan penumpang, kargo pesawat udara. ekspedisi pesawat muatan udara, agen wisata dan perjalanan, pergudangan, operator kendaraan umum, dan aparat pemerintahan seperti imigrasi, karantina dan bea cukai.

Ada juga pendapatan yang diperoleh dari selain s
ewa, yaitu model pendapatan konsensi sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Pendapatan ini timbul dari pemberian hak kepada para pengusaha untuk menjual barang dagangan atau jasa di bandar udara oleh pengguna bandar udara. Untuk itu, penguasa bandar udara mengenakan (pungutan) pada para pengusaha, besar pungutan tersebut ditentukan atas dasar volume usaha, bukan atas dasar ruang yang ditempati (meskipun ada dalam beberapa kasus, pungutan didasarkan secara campuran yaitu ruang dan volume usaha atau hanya ruang saja).

Kegiatan komersial atau layanan yang menimbulkan pendapatan konsensi yang sering ditangani PT Angkasa Pura Airport
antara lain (di kawasan pemberangkatan atau transit), shopping (dikawasan umum dalam terminal), catering facilities (restoran, kafe, atau bar dikawasan umum atau transit), layanan umum (bank, kantor pos, agen perjalanan, persewaan kendaraan, pemesanan hotel), sarana hiburan (film, discotek, biliar, pusat kebugaran), parkir kendaraan bermotor dan periklanan. Di samping untuk melayani kepentingan penumpang, hak konsesi juga diberikan untuk melayani kepentingan perusahaan jasa angkutan udara seperti penanganan pesawat udara (parkir, pembersihan, penyediaan jasa boga penerbangan), juga penanganan penumpang, bagasi, atau kargo oleh perusahaan yang khusus menangani hal itu atau perusahaan jasa angkutan udara.

Tentu masing-masing Bandara
memiliki tata-aturan masing-masing tergantung situasi sosial dan geografik. Beberapa peluang bisnis yang bisa menjadi kontribusi ekonomi sosial di Bandara yang bekerja sama dengan pegelola Bandara, adalah berupa jasa seperti; Pengurusan penumpang dan bagasi, Pengisian bahan bakar untuk pesawat, Ground handling, cleaning service, Pengurusan cargo cargo handling, Pergudangan, Pengiriman barang, Toko, Restaurant, Art Shop, Airlines office; ticketting Perusahaan Penerbangan, Agen Perjalanan (travel agencies), Pemesanan kamar hotel (hotel reservation), Taxi dan penyewaan mobil (rent car), Bank dan penukaran mata uang asing (money changer), Penyewaan ruang iklan (advertising), Jasa boga (Aero Catering service), SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar untuk Umum), Perawatan dan pemeliharaan kebersihan dan taman Bandara, dan lain-lain semakin banyak terus berkembang.

Pendapatan ekonomi yang menghasilkan kon
tribusi untuk masyarakat, kadangkala dipengaruhi oleh jumlah penumpang. Nah untuk jumlah penumpang ini, sangatlah dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain, keadaan industri pariwisata Indonesia dan kondisi perekonomian secara umum di Indonesia. Pada tahun 2007-2009 misalkan, jumlah penumpang meningkat menjadi 10,9 juta orang di tahun 2009, dari 10,2 juta orang di tahun 2008, dan 9,6 juta orang di tahun 2007. Selama periode yang sama, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 3,5%.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010, lalu lintas penumpang internasional berjumlah sekitar 14,1 juta orang, yang merupakan kenaikan 23,9%
dibandingkan dengan lalu lintas penumpang internasional pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009, dan lalu lintas penumpang domestik untuk periode sembilan bulan yang berakhir padatanggal 30 September 2010 berjumlah sekitar 31,2 juta penumpang. Hal itu menunjukan peningkatan sebesar 21,5% dibandingkan dengan lalu lintas penumpang domestik untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009.

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan, total penumpang domestik meningkat menjadi 43,8 juta orang di tahun 2009, dari 37,4 juta orang di tahun 2008 dan 39,2 juta orang di 27 tahun 2007. Kinerja PT Angkasa Pura Airport tetap diperkirakan akan terus dipengaruhi dengan cukup berarti oleh perkembangan ekonomi di Indonesia, tingkat pengeluaran pendapatan, kondisi industri pariwisata di Indonesia dan kondisi perekonomian global. Industri penerbangan umumnya memiliki pro margin yang rendah dan biaya tetap yang tinggi, khususnya untuk beban sewa pesawat, beban pemeliharaan dan perbaikan, beban bahan bakar pesawat, beban pendaratan, dan beban bunga.

Biaya mengoperasikan sebuah pesawat tidak berbeda signifikan terhadap jumlah penumpang maupun berat. PT Angkasa Pura Airport tentunya sangat berkomitmen untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. PT Angkasa Pura Airport telah berfokus pada berbagai bidang seperti antuan pendidikan, pengembangan masyarakat, bantuan ekonomi dan lingkungan. Sebagai bagian dari komitmen PT Angkasa Pura Airport dalam menempatkan program tanggung jawab ekonomi, seringkali diadakan bantuan teknis dan pemasaran kepada usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan kualitas produk masyarakat dengan mengembangkan kemampuan pemasaran.

Hal tersebut dilakukan oleh unit PKBL PT Angkasa Pura Airport. Untuk itu, jika diamati, PDB Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat dimana telah memberikan kontribusi terhadap pengembangan negara berkembang kelas menengah dan meningkatkan permintaan untuk pelayanan lalu lintas udara. Walaupun Indonesia diharapkan memiliki pertumbuhan PDB tertinggi di regional Asia Pasifik, industri perhubungan udara Indonesia relatif belum ditembus.

Hal itu karena tingginya pertumbuhan lalu lintas udara sebetulnya dapat didorong oleh beberapa faktor termasuk: (1) pertumbuhan yang kuat di ASEAN dan terutama di Indonesia (2) pertumbuhan populasi dan urbanisasi di Asia Pasifik (3) Peningkatan Perjalanan dan Pengunjung Internasional (4) Pengembangan Model LCC (5) Liberalisasi Peraturan dan Pengembangan Infrastruktur. Untuk periode dari tahun 2002 sampai dengan 2009, misalkan, negara Cina, Indonesia dan Vietnam memiliki PDB per kapita tertinggi dalam Dolar Amerika Serikat.

Selama periode ini, PDB per kapita di Cina meningkat dengan CAGR 18,6%, sedangkan PDB per kapita untuk Indonesia meningkat dengan CAGR 14,0% selama periode y
ang sama. Selain itu, berdasarkan IMF, Indonesia diharapkan memiliki pertumbuhan PDB tertinggi di regional Asia Pasifik dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, dengan proyeksi CAGR sebesar 13,6% untuk periode terkait.

Hal itu disebabkan oleh pergerakan dalam melintasi batas negara saat ini sangat cepat. Tahun 1950-an, pergerakan orang ke luar negeri berkisar 50 juta orang. Nah sekarang ini, saat pertumbuhan maskapai begitu cepat, maka jelas konektivitas udara semakin mudah. Orang pun dengan mudah keluar masuk ke negara lain. Di lain hal, pertumbuhan ekonomi yang bersumberkan dari PT Angkasa Pura Airport, bisa dianalisa pertumbuhannya melalui pergerakan jumlah penumpang.

Bisa dilihat bahwa pergerakan penumpang pertahun (Kompas, 1/12/
11), cukup mengalami peningkatan sebagaimana uraian media Kompas pada bulan Desember tahun 2011 seperti; Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, dari 22 juta naik menjadi 44,35 juta pertahun. Bandara Husein Sastra Negara Bandung, dari 1 juta naik menjadi 2,28 juta pertahun. Bandara Adisutjipto Yogyakarta, dari 0,9 juta naik menjadi 3,7 juta pertahun. Bandara Juanda Surabaya, dari 6,5 juta naik menjadi 12,1 juta pertahun. Bandara Ngurah Rai Bali, dari 8,9 juta naik menjadi 11,1 juta pertahun. Bandara Sepinggan Balikpapan, dari 1,1 juta naik menjadi 5,1 juta pertahun. Bandara Polonia Medan, dari 0,9 juta naik menjadi 6,18 juta pertahun. Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, dari 6,2 juta naik menjadi 6,5 juta pertahun.

Artinya, dengan meningkatnya pertumbuhan penumpang, t
entu pendapatan bisa dimaksimalkan bertambah besar. Selain pertumbuhan dan peningkatan penumpang, kontribusi ekonomi lainnya yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura Airport adalah, seringnya memberikan bekal pengetahuan dasar dan keterampilan kepada masyarakat khususnya dalam membuat pembukuan sederhana, laporan perkembangan usaha dan pengetahuan dalam meningkatkan penjualan atau jasa yang dijual, serta motivasi di bidang entrepreunership bagi pengelola Usaha Kecil mitra binaan, dan lain-lain.

Selain itu pula, PT. AP Airport juga selalu berupaya meningkatkan kualitas SDM sebagai penyangga utama dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah, produk/jasa, omset, kualitas produk
serta mampu menciptakan lapangan kerja. Ini artinya, bahwa PT. AP senantiasa aktif ikut serta membantu program pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah serta meningkatkan jiwa-jiwa entrepreunership (kewirausahaan).

Selain peluang di atas, ada juga peluang seperti; Agen Perjalanan (travel agencies), Pemesanan kamar hotel (hotel reservation), Taxi dan penyewaan mobil (rent car), Bank dan penukaran mata uang asing (money changer), Penyewaan ruang iklan (advertising), Jasa boga (Aero Catering service), SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar untuk Umum), Perawatan dan pemeliharaan kebersihan dan taman Bandara, dan lain-lain semakin banyak terus berkembang. Proses pengembangan ekonomi tersebut, seringkali ditangani oleh bidang komersil dan pengembangan usaha di PT Angkasa Pura airport di manapun berada.

BUMN: PT. Angkasa Pura Airpor
t, CSR dan Kontribusi Lingkungan

Sejalan dengan peradaban modern, eksistensi suatu perusahaan terus menjadi potret dari masa ke masa. Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dunia usaha hingga saat ini adalah, soal tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).

CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bagian dari konfigurasi hubungan antara dunia bisnis dan masyarakat, persoalan tanggung jawab sosial perusahaan mengalami rumusan konseptual yang terus berubah, sejalan dengan perkembangan yang dialami oleh dunia usaha itu sendiri. Pada awalnya dan untuk waktu yang sangat panjang, dunia usaha barang kali tidak perlu atau tidak pernah berfikir mengenai tanggung jawab sosial. Hal ini karena proposi teori klasik, sebagaimana dirumuskan oleh Adam Smith tugas korporasi diletakkan semata-mata mencari keuntungan, “the only duty of the corporation is to make profit”.

Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah, meningkatkan keuntungan. Secara perlahan ideologi “the only duty of the corporation is to make profit” yang dianut oleh korporasi, telah berubah dengan munculnya kesadaran kolektif bahwa kontiun
itas pertumbuhan dunia usaha tidak akan terjadi tanpa dukungan yang memadai dari stakeholder yang melingkupinya seperti, manajer, konsumen, buruh dan anggota masyarakat. Inti dari pandangan ini adalah bahwa dunia usaha tidak akan sejahtera jika stakeholdernya juga tidak sejahtera.

BUMN merupakan salah satu elemen utama kebijakan ekonomi strategis negara-negara berkembang. Keberadaan BUMN mempunyai pengaruh utama da
lam pembangunan negara-negara dunia ketiga. Setidaknya, BUMN diperlukan dalam pengaturan infrastruktur dan public utilities, dan menempatkan dirinya untuk berperan pada hampir seluruh sektor aktivitas ekonomi. Manfaat keterlibatan bisnis dalam masalah sosial menghasilkan kondisi lingkungan serta memberi hal yang positif bagi pengelola bisnis.

Adanya konsep tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk nyata perusahaan untuk memberi kesenangan dan kebahagiaan bagi masyarakat dan juga merupakan perbuatan etis. Hubungan masyarakat diartikan mempunyai hubungan sosial dan bukan hubungan bisnis. Fenomena sosial tersebut menuntut perusahaan memiliki tanggung jaw
ab sosial (CSR). CSR adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika berbicara tanggung jawab sosial perusahaan, yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi.

Ada korelasi positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingku
ngan hidup dengan kinerja keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR (corporate social performance) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial performance) memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai. Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar.

Lebih jauh lagi, CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para
calon pelamar pekerjaan terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif.

CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Lebih lanjut, peran sosial BUMN dapat dilihat dari dimensi ganda yang melekat padanya. Sebuah institusi digambarkan sebagai BUMN jika mempunyai dua dimensi: dimensi publik (public dimension)dan dimensi badan usaha. Dimensi publik, BUMN mengsyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasan oleh publik, tetapi juga menggambarkan konsep mengenai public purpose (bertujuan publik, masyarakat). Sementara dimensi badan usaha bertautan dengan konsep komersial (bidang usaha).

Sejalan dengan hal tersebut landasan hukum telah diterbitkan oleh Kementerian BUMN yaitu: Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/ 2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Pelaksanaan Bina Lingkungan. Dana dari program kemitraan ini diambilkan dari penyisihan 1-3 persen laba bersih yang diperoleh BUMN. Kita berharap agar kebijakan tersebut menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar BUMN berdomisili, tentunya dalam hal ini adalah masyarakat lingkungan PT Angkasa Pura Airport.

Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa PT Angkasa Pura Airport sebagai salah satu bagian dari BUMN, sangatlah sering melakukan trobosan-trobosan baru dalam meningkatkan perkembangan ekonomi. Selain mengembangkan ekonomi masyarakat, juga melaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Yaitu disamping memberikan bantuan pinjaman, seluruh Mitra Binaan usaha juga diberi pembinaan melalui program-program pelatihan, pendampingan dan promosi usaha. Untuk Program Bina Lingkungan, PT. Angkasa Pura Airport telah sering menyalurkan bantuan bagi korban bencana alam, pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana/sarana umum, bantuan sarana ibadah, dan bantuan pelestarian alam, pelestarian Budaya, dan lain-lain yang bersifat sosial.

Tetapi kedepan, setidaknya tersedianya hasil riset komersial yang meliputi riset tentang pasar dan kinerja PT Angkasa Pura Airport, persaingan serta pelanggan yang akurat, tepat waktu dan relevan untuk mendukung pemilihan strategi pemasaran yang tepat. Jika hal itu ada, percepatan ekonomi yang didasarkan pada pendapatan PT Angkasa Pura Airport bisa terus berkembang dan berdaya guna untuk masyarakat Indonesia. Bila dicermati, banyak sekali peran BUMN yang terkait dengan program pro rakyat, antara lain dilakukan melalui dukungan Kredit Usaha Rakyat, Public Service Obligation dan penyaluran dana Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

Program PKBL mengambil berbagai bentuk penyaluran yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat, seperti dukungan khusus pengembangan pedesaan (Kampung BUMN), revitalisasi perkebunan rakyat, pengembangan kewirausahaan dan penghijauan kawasan. Begitu juga program PKBL yang ada di PT Angkasa, sangat terampil berperan dalam hal itu.

Menurut, Bambang Rudito dan Melia Famiola, dalam buku Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial, Perusahaan di Indonesia, dinyatakan bahwa CSR adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna tercapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sosial sebelumnya. Nah PT Angkasa Pura Airport khususnya Yogyakarta sudah sering melakukan hal ini bahkan juga sudah mempunyai kampung binaan di desa-desa yang ada di wilayah Yogyakarta (Baca; Laporan Unit PKBL PT Angkasa Pura Airport Bandara Adisutjipto Yogyakarta, tahun 2011 dan 2010).

Dengan adanya CSR yang sering dilakukan oleh PT Angkasa Pura Air
porport, diharapkan ada nilai tambah sektoral atau nilai tambah secara vertikal terhadap pendapatan nasional, baik di wilayah sosial lingkungan dan ekonomi. Selain itu, diharapkan juga ada nilai tambah kewilayahan yang berdampak pada manfaat bagi masyarakat setempat. Peranan perusahaan PT Angkasa Pura Airport jelas sangat penting bagi Indonesia.

Tentu dengan demikian, harus ada perbaikan dan terobosan baru lagi di bidang peningkatan usaha ekonomi agar bisa terus melaju membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bagaimana cara meningkatkan pendapatan ekonomi PT Angkasa Pura Airport, adalah bisa dilaksanakan dengan cara meng-creat- ulang model dan sistem manajemen komersil dan pengembangan usaha di seluruh kantor Cabang PT. Angkasa Pura Airport. Selain itu, implementasi dari akan dibentuknya anak cabang bisnis PT Angkasa Pura Airport seperti Properti, Hotel dan Mall, Rumah Sakit dan lain-lain minimal bisa segera dilaksanakan untuk menambah saham pendapatan PT Angkasa Pura Airport sehingg lebih berkontribusi bagi pengembangan masyarakat dan bermanfaat bagi negara Republik Indonesia. ***

DAFTAR BACAAN

Unit Komersial dan Pengembangan Usaha, Laporan Produksi & Pendapatan, Bandar Udara International Adisutjipto Yogyakarta, Bulan Desember 2011.

Unit PKBL, Laporan Hasil Program Kerja Unit PKBL, Bandar Udara International Adisutjipto Yogyakarta, di tahun 2011.

Horonjeff, R & Mc. Kelvey, F.X. Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jakarta:, 1988.

Miro, Fidel, Perencanaan Transportasi: Untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi, Jakarta: Erlangga, 2005.

Habibullah, A., Kebijakan Privatisasi BUMN; Relasi State, Market dan Civil Society, Malang; Averroes Press, 2009.

Sirajuddin, Effendi., Memerangi Sindrom Negara Gagal, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009.

Anoraga, Pandji., BUMN, Swasta dan Koperasi; Tiga Pelaku Ekonomi, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995.

Nugroho D., Riant & Siahaan, Ricky (ed), BUMN Indonesia: Isu, Kebijakan, dan Strategi, Jakarta: Gramedia, 2006.

Rudito, Bambang & Famiola, Melia., Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial, Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007.

Davis, K. dan Blomstrom, R. Business and Society: Environment and Responsibility, McGraw-Hill, New York, 1975.

Mangiri, K., Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom, Badan Pusat statistik, Jakarta: CV. Nasional Indah, 2000.

Sofyan Djalil, Kontek Teoritis dan Praktis Corporate Social Responsibility, Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol. 4. No. 1 Januari-Desember, 2003.

Prastowo, Joko; Miftakhul Huda, Corporate Sosial Responsibility: Kunci Merah Kemuliaan Bisnis, Yogyakarta: Samudra Biru, 2011.

Solihin, Ismail, Corporate Social Responsibility; From Charity to Sustainability, Jakarta; Salemba Empat, 2009.

www.google.com

***

Tidak ada komentar: